Friday, November 30, 2012

Sujud Sajadah






SujudSajadah/Tilawah

Tilawah ertinya bacaan, dan Sujud Sajadah atau sujud Tilawah itu ialah perbuatan sujud apabila seseorang itubertemu ayat sajadah dalam bacaan al-Qur'an sama ada di dalam solat ataupun di luar solat.

Daripada Abu Hurairah r.a. katanya, Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

Apabila anak Adam membaca ayat Sajdah, lalu dia sujud; maka syaitan jatuh sambil menangis. Katanya, "Celakaaku! Anak Adam disuruh sujud, maka dia sujud, lalu mendapat syurga. Aku disuruh sujud, tetapi aku menolakmaka untukku neraka." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Hukum sujud sajadah adalah sunat mu'akad, atau sunat yang amat digalakkan.


Dari Umar r.a.: Pada suatu hari Jumaat, dia (Rasulullah) membaca surah al-Nahl di atas mimbar, maka ketikasampai pada ayat sajadah, dia lalu turun dan sujud. Dan para hadirin juga turut melakukan sujud. Pada hariJumaat berikutnya, dibacanya surah berkenaan, lalu apabila sampai pada ayat sajdah dia berkata: "Wahaimanusia, sebenarnya kita tidak diperintahkan (diwajibkan) sujud tilawah. Tetapi barangsiapa bersujud, dia telahmelakukan yang benar. Dan barangsiapa yang tidak melakukannya, maka dia tidak mendapat dosa." (HRBukhari)


Ayat-ayat sujud sajadah ialah:


1. Surah 7 (Al-A’Raaf) Ayat 206

2. Surah 13 (Ar-Ra’d) Ayat 15
3. Surah 16 (Al-Nahl) Ayat 50
4. Surah 17 (Al-Isra’) Ayat 109
5. Surah 19 (Maryam) Ayat 58
6. Surah 22 (Al-Hajj) Ayat 18
7. Surah 22 (Al-Hajj) Ayat 77
8. Surah 25 (Al-Furqaan) Ayat 60
9. Surah 27 (An Naml) Ayat 26
10. Surah 32 (As-Sajdah) Ayat 15
11. Surah 38 (Shaad) Ayat 24
12. Surah 41 (Fushshilat) Ayat 38
13. Surah 53 (An-Najm) Ayat 62
14. Surah 84 (Al-Insyiqaq) Ayat 21
15. Surah 96 (Al-'Alaq) Ayat 19

Nota: Perlu dinyatakan bahawa bacaan Surah 38 (Shaad) Ayat 24 menurut Syafi'iyah dan Hanbaliyah tidaktermasuk ayat sajadah, tapi ayat yang disunatkan untuk sujud syukur (keterangan sujud syukur akan menyusulselanjutnya). Bacaan surah 22 (Al-Hajj) Ayat 77 pula menurut madzhab Syafi'iyah dan Hanbaliyah dimasukkansebagai ayat sajadah.


Untuk mengenali ayat-ayat sajadah itu di dalam al-Qur'an, kebiasaannya pada ayat-ayat itu ada ditandakan garisatau simbol dengan tertulis perkataan sajadah.



Bacaan doa yang sunat dibaca ketika sujud ialah:


Ertinya: "Aku bersujud dengan wajahku kepada Dzat yang telah merupakan dan menciptakannya, danmenciptakan pendengaran dan penglihatannya dengan kekuatan-Nya. Maha memberkati Allah, sebaik-baikPencipta."


Cara melakukan sujud sajadah di dalam solat ialah terus bersujud (tanpa niat, dan tanpa mengangkat tangan)sebaik sahaja selepas membaca ayat sajadah, kemudian membaca doa sujud sajadah di dalam sujud, lalukembali berdiri dan meneruskan bacaan selanjutnya. Sekiranya bacaan surah itu telahpun tamat (ayat sajadah dipengakhir surah), apabila bangun dari sujud sajadah maka teruslah rukuk selepas berdiri sebentar .


Adalah sunat bertakbir "Allah-Akbar" sebelum turun dari qiam untuk melakukan sujud sajadah. Disunatkan jugaagar bertakbir apabila naik dari sujud. Adalah tidak perlu mengangkat tangan ketika naik dari sujud.


Di dalam solat berjemaah, makmum wajib mengikuti imam sama ada imam itu melakukan sujud sajadahataupun tidak. Bercanggah dari mengikuti imam akan menyebabkan solat makmum itu batal. Akan tetapi, adalahsunat hukumnya bagi makmum melakukan sujud tilawah selepas selesai salam dengan syarat jarak di antarasujud dan salam itu tidak lama.


Bagi sembahyang yang dibaca dengan suara perlahan, umpamanya solat Zuhur, sujud tilawah itu sunat dibuatoleh imam setelah dia selesai menunaikan sembahyang supaya tidak menimbulkan kekeliruan di kalanganmakmum.


Rukun sujud sajadah di luar solat ialah:

1. Niat - iaitu "Sahaja aku sujud sajadah kerana Allah Ta'ala"
2. Takbiratul-ihram
3. Sujud
4. Salam.

Sujud sajadah di luar solat adalah disunatkan kepada pembaca dan juga pendengar bacaan ayat sajadah, dansujud si pendengar itu tidak tergantung sama ada pembaca (qari) itu turut sujud atau tidak.


Syarat sah sujud sajadah di luar solat adalah sama seperti syarat solat (suci dari hadas besar dan kecil,mengadap kiblat, menutup aurat, dan sebagainya), dan tidak berjangka waktu yang lama antara bacaan ayatsajadah dan perbuatan sujud.


Sekiranya seseorang itu mendengar bacaan ayat sajadah dan tidak berupaya untuk sujud sajadah (umpamanyasedang memandu), maka bolehlah ditangguhkan sujud sajadah itu hingga ketika dia boleh, asalkan tidakterlampau lama masa yang terluput di antaranya.


Tidak perlu berwuduk untuk sujud sajadah ketika di luar solat, namun berwuduk itu adalah lebih afdal.






Apabila hendak sujud sajadah di luar solat, disunatkan bertakbir "Allahu-Akbar" (selepas daripada Takbiratul-ihram) dan disunatkan juga bertakbir apabila bangun dari sujud sebelum salam.


Adalah tidak perlu untuk seseorang itu bangun untuk berdiri (qiam) apabila hendak melakukan sujud sajadah diluar solat. Namun begitu, apabila seseorang itu sedang berdiri, maka perlulah dia bertakbiratul-ihram di kalaqiam, kemudian sujud, duduk, dan salam.



sujud tilawah ada dua hadits yang menjelaskannya, tapi keduanya adalah hadits dho’if (lemah).



Satu : Hadits ‘Aisyah -radhiyallahu ‘anha- :



كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَيَقُوْلُ فِيْ سُجُوْدِ الْقُرْآنِ بِالْلَيْلِ سَجَدَ وَجْهِيْلِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعُهُ وَبََصَرُهُ بِحَوْلِهِوَقُوَّتِهِ



“Adalah Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam beliau membaca dari sujud Al-Qur’an (sujud tilawah-pent.) pada malamhari : “Telah sujud wajahku kepada Yang Menciptakanku, maka beratlah pendengaran dan penglihatan karenakemampuan dan kekuatan-Nya”. Dan dalam riwayat Hakim ada tambahan : “Maka Maha Berkah Allah sebaik-baik pencipta”. Dan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah : “Beliau mengucapkannya tiga kali“.



Hadits ini diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahaway dalam Musnadnya 3/965 no.1679, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf 1/380 no.4372, Ahmad dalam Musnadnya 6/30, Tirmidzy 2/474 no.580 dan 5/456 no.3425, An-Nasai2/222 no.1129 dan Al-Kubro 1/239 no.714, Abu Ahmad Al-Hakim dalam Syi’ar Ashhabul Hadits no.82, 83, IbnuKhuzaimah 1/382, Hakim 1/341-342, Ad-Daraquthny 1/406, Al-Baihaqy 2/325, Abu Syaikh Al-Ashbahany dalam Ath-Thobaqat 3/513 dan Ath-Thobarany dalam Al-Ausath 4/9 no.4376.



Semua meriwayatkan hadits ini dari jalan Khalid bin Mihran Al-Hadzdza` dari Abul’Aliyah dari’Aisyah.



Cacat yang menyebabkan hadits ini lemah adalah Khalid bin Mihran tidak mendengar dari Abul’Aliyah. BerkataImam Ahmad : “Khalid tidak mendengar dari Abul’Aliyah“. Baca : Tahdzib At-Tahdzib dan Jami’ At-Tahshil karya Al- ˜Ala`i.



Dan Ibnu Khuzaimah dalam Shohihnya menegaskan bahwa sebenarnya antara Khalid dan Abul’Aliyah adaperantara yaitu seorang rowi mubham (seorang lelaki yang tidak disebut namanya-pen.).



Saya berkata : Apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Khuzaimah ini memang benar karena Khalid binMihran dari seluruh referensi yang disebutkan di atas ia meriwayatkan dari Abul’Aliyah dengan lafadz’An (dari)sehingga riwayat Khalid ini dianggap terputus dari Abul’Aliyah apabila telah terbukti ada riwayat lain menyebutkanada perantara antara Khalid dengan Abul’Aliyah.



Dan ternyata ada riwayat dari jalan’Isma’il bin’Ulayyah dari Khalid bin Mihran dari seorang lelaki dari Abul’Aliyahdari’Aisyah -radhiyallahu’anha-.



Riwayat’Isma’il bin’Ulayyah ini dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya 6/217, Abu Daud 2/60 no.1414, IbnuKhuzaimah 1/283 dan Al-Baihaqy dalam Al-Kubro 1/325 dan As-Sughro 1/509.



Maka bisa disimpulkan bahwa hadits’Aisyah ini adalah hadits yang lemah karena Khalid tidak mendengar dariAbul’Aliyah dan perantara antara keduanya adalah seorang rawi mubham. Karena itulah hadits ini disebutkanoleh Syaikh Muqbil bin Hady Al-Wadi’y -rahimahullahu- dalam Ahadits Mu’allah Zhohiruha Ash-Shihhah hadits no. 395.




Kedua : Hadits Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-



قَرَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ سَجَدَةًثُمَّ سَجَدَ فَسَمِعْتُهُ وَهُوَ يَقُوْلُ اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِيْبِهَا عِنْدَكَ أَجَرًا وَضَعْ عَنِّيْ بِهَا وِزْرًاوَاجْعَلْهَا لِيْ عِنْدَكَ ذَخَرًا وَتَقَبَّلْهَا مِنِّيْ كَمَاتَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ



“Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam membaca satu ayat dari ayat-ayat sajadah lalu beliau sujud kemudian beliaumembaca doa : “Wahai Allah tulislah untukku dengannya disisiMu sebagai pahala dan letakkanlah darikudengannya dosa dan jadikanlah untukku disisiMu sebagai modal dan terimalah dariku sebagaimana Engkaumenerima dari hambaMu (Nabi) Daud“.



Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzy 2/472 no.549 dan 5/455-456 no.3424, Ibnu Majah 1/334 no.1053, IbnuKhuzaimah 1/282-283 no.572-573, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan 6/473 no.2568 dan Al-Mawaridno.691, Al-Hakim 1/341, Al-Baihaqy 2/320, Abu Ahmad Al-Hakim dalam Syi’ar Ashhabul hadits no.84, Ath-Thobarany 11/104 no.11262, Al-‘Uqoily dalam Ad-Du’afa` 1/242-243, Al-Khalily dalam Al-Irsyad 1/353-354 danAl-Mizzy dalam Tahdzib Al-Kamal 6/314.



Semuanya meriwayatkan dari jalan Muhammad bin Yazid bin Hunais dari Hasan bin Muhammad bin’Ubaidillahbin Abi Yazid berkata kepadaku Ibnu Juraij : “Wahai Hasan, kakekmu’Ubaidillah bin Abi Yazid mengabarkankepadaku dari Ibnu’Abbas”.



Saya berkata : Dalam hadits ini ada dua cacat :



1. Muhammad bin Yazid bin Hunais. Abu Hatim berkomentar tentangnya : “Syaikhun sholihun (Seorang Syaikhyang sholeh)”. Dan Ibnu Hibban menyebutkannya dalam Ats-Tsiqot maka rawi seperti ini tidak dipakai berhujjahkalau bersendirian karena itu Al-Hafidz menyimpulkan dari Taqrib At-Tahdzib : “Maqbul (diterima haditsnya kalauada pendukungnya, kalau tidak ada pendukungnya ia adalah layyinul hadits (lembek haditsnya)”.



2. Hasan bin Muhammad bin’Ubaidillah. Adz-Dzahaby berkomentar tentangnya : “Berkata Al-‘Uqoily : “laayutaba’u’alaihi (Ia tidak mempunyai pendukung)” dan berkata yang lainnya : “Padanya (Hasan bin Muhammad)ada Jahalah (tidak dikenal)”.Maka rawi ini juga tidak dipakai berhujjah kalau bersendirian.. Apalagi Imam At-Tirmidzy menganggap bahwa hadits ini adalah hadits ghorib. Dan istilah hadits ghorib menurut Imam At-Tirmidzyadalah hadits lemah. Wallahu A’lam.



Kesimpulan:



Tidak ada hadits yang shohih tentang doa sujud tilawah maka kalau seseorang membaca ayat dari ayat-ayatsajadah dalam solat kemudian ia sujud maka ia membaca doa seperti yang ia baca dalam sujud sholat. Inimerupakan pendapat Imam Ahmad sebagaimana dalam Al-Mughny 2/362 dan Masail Imam Ahmad riwayat IbnuHany 1/98.



Adapun kalau sujud tilawahnya di luar sholat maka tidak ada syariat membaca doa apapun. Wallahu A’lam.



Adapun doa sujud sahwi kami tidak mengetahui ada doa yang khusus pada sujud sahwi tersebut mungkinkerana itu Imam Ibnu Qudamah berkata bahwa yang dibaca dalam sujud sahwi adalah sama dengan apa yangdibaca pada sujud sholat.



No comments:

Post a Comment